SEJARAH EKONOMI INDONESIA
1. Sejarah Indonesia Era Pra Kolonialisme
Pada era pra
kolonial yaitu era dimana bangsa asing belum masuk ke Indonesia. Terutama
bangsa Eropa yang bertujuan memperluas kekuasaan mereka atau untuk menjadi
bangsa penjajah di Idonesia. Pada era ini kita adalah jamannya kejayaan
kerajaan-kerajaan di Indonesia. Termasuk masa berkembangnya agama Hindu dan
Budha sebagai agama yang pertama kali dikenal di Indonesia. Sehingga adat
budaya Hindu-Budha masih dapat kita lihat hingga kini terutama dari
bangunan-banguna bersejarah pada masa itu. Diantaranya berbagai prasasati
dan candi yang merupakan hasil budaya masyarakat Indonesia pada masa itu.
Dimulailah sejarah Indonesia mengenai
penyebaran ajaran Hindu-Budha serta beberapa kerajaan bercorak Hindu-Budha yang
sempat berjayaan membuat nama mereka sekaligus raja-raja dan para tokohnya
terkenal di seluruh nusantara. Ini berlangsung mulai abad ke-4 hingga abad
ke-15. Tepatnya dimulai dari masa kejayaan kerajaan Kutai hingga Kerajaan
Malayapura.
Setelah masa itu perdagangan dunia mulai
berkembang seiring dengan ditemukannya Indonesia oleh berbagai bangsa lain dari
berbagai belahan dunia. Pada abad ke 12 mulailah berdatangan para pedagang atau
yang lebih dikenal dengan sebutan para Guzarat dari Timur Tengah. Terutama para
pedagang berkebangsaan Arab Saudi yang beragama Islam. Dari mereka inilah cikal
bakal penyebaran dan berkembangnya agama Islam di Indonesia ini. Hingga
akhirnya agama ini kini masih menjadi agama mayoritas di Indonesia.
Adanya interaksi antara para pedagang dengan
orang Indonesia asli untuk berbisnis lama kelamaan berkembang menjadi
akulturasi budaya. Tidak sedikit bangsa Arab menikahi orang Indonesia dan
menetap di Indonesia. Tidak sedikit pula orang Indonesia yang masuk Islam. Maka
kita kenal adanya Wali Songo yang merupakan orang Indonesia asli yang memilii
ilmu mengenai agama Islam yang kental. Mereka menjadi penyebar agama Islam di
seluruh Nusantara. Terutama di Pulau Jawa dengan berbagai cara yang unik.
Perlahan namun pasti kita juga mulai mengenal
gaung dari kerajaan-kerajaan Islam yang juga sempat mengalamami masa kejayaaan.
Kita mengenal kesultanan Samudera Pasai, Demak, Banten, dll. Sebagai kerajaan
yang bercorak budaya Islam yang kental. Begitupun para tokoh Islam yang
terdapat di dalamnya yang cukup berpengaruh dalam perkembangan Islam di Indonesia.
2. Sistem Monopoli VOC
Kongsi Dagang
atau Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau
VOC) yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 adalah persekutuan dagang
asal Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia.VOC
memiliki enam bagian (Kamers) di Amsterdam, Middelburg (untuk Zeeland),
Enkhuizen, Delft, Hoorn, dan Rotterdam. Delegasi dari ruang ini berkumpul
sebagai Heeren XVII(XVII Tuan-Tuan). Kamers menyumbangkan
delegasi ke dalam tujuh belas sesuai dengan proporsi modal yang mereka
bayarkan; delegasi Amsterdam berjumlah delapan.
Tujuan utama VOC
adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan rempah-rempah di
Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan terhadap penduduk
di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orang-orang
non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut.
Monopoli VOC di
Indonesia
Hasil pelayaran
bangsa Belanda pada mulanya hanya mendatangkan kerugian, karena diantara para
pedagang mereka sendiri senantiasa satu sama lain saling bersaing dan hanya
bertujuan untuk mencari untung masing-masing. Pemerintah Belanda segera turun
tangan dan membasmi segala pertentangan atau perebutan yang terjadi dengan
jalan membentuk suatu persatuan atau penggabungan diantara kongsi dagang yang
ada. Dalam hubungan ini V.O.C selaku kongsi dagang besar sudah tentu akan
menjalankan hak perniagaan tunggalnya (monopoli) di Indonesia yang tiada lain
dimaksudkan untuk mencegah timbulnya persaingan.
Adapun langkah-langkah untuk mencoba
mempertahankan hak dagang tunggal itu antaralain:
a. Harus dapat mengusir orang-orang Portugis
dari perairan Indonesia
b. Harus dapat menguasai raja-raja di
Indonesia.
Aturan monopoli VOC :
Ø Rakyat
Maluku hanya boleh menanam rempah-rempah atas izin VOC.
Ø Luas
wilayah perkebunan dibatasi oleh VOC.
Ø Harga
jual ditentukan VOC.
Ø Tempat
menanam rempah-rempah ditentukan VOC.
Aturan monopoli
VOC yang paling terkenal pada masa itu adalah Verplichte Leverantie, yaitu
penyerahan wajib hasil panen cengkeh dan rempah-rempah lainnya kepada VOC
dengan harga yang telah ditentukan.
Strategi
VOC Dalam Menjalankan Monopoli
1.
Ekstirpasi
2.
Pelayaran Hongi
Dampak Kebijakan
VOC Terhadap Perekonomian Indonesia
-
Tumbuhnya kota-kota dagang seperti Banten,
Batavia, dan Padang.
-
Eksploitasi kekayaan alam yang berlebihan.
-
Hancurnya pusat-pusat dan jalur-jalur
perdagangan kerajaan Islam di Nusantara.
-
Tumbuhnya perkebunan-perkebunan di Indonesia.
3. Sistem Tanam Paksa
Sistem Tanam
Paksa adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur JenderalJohannes van den Bosch pada
tahun 1830 yang mewajibkan setiap desa menyisihkan sebagian
tanahnya (20%) untuk ditanami komoditi ekspor, khususnya kopi, tebu,
dan tarum (nila). Hasil tanaman ini akan dijual kepada
pemerintah kolonial dengan harga yang sudah dipastikan dan hasil panen
diserahkan kepada pemerintah kolonial. Penduduk desa yang tidak memiliki tanah
harus bekerja 75 hari dalam setahun (20%) pada kebun-kebun milik pemerintah
yang menjadi semacam pajak.
Tanam paksa adalah era
paling eksploitatif dalam praktik ekonomi Hindia Belanda. Sistem tanam paksa ini jauh lebih keras dan
kejam dibanding sistem monopoli VOC karena ada sasaran pemasukan
penerimaan negara yang sangat dibutuhkan pemerintah. Petani yang pada zaman VOC
wajib menjual komoditi tertentu pada VOC, kini harus menanam tanaman tertentu
dan sekaligus menjualnya dengan harga yang ditetapkan kepada pemerintah. Aset
tanam paksa inilah yang memberikan sumbangan besar bagi modal pada zaman
keemasan kolonialis liberal Hindia Belanda pada 1835 hingga 1940.
Akibat sistem yang memakmurkan dan menyejahterakan negeri Belanda ini, Van den
Bosch selaku penggagas dianugerahi gelar Graaf oleh raja
Belanda, pada 25 Desember1839.
Cultuurstelsel kemudian dihentikan
setelah muncul berbagai kritik dengan dikeluarkannya UU Agraria 1870 dan UU Gula 1870, yang mengawali era liberalisasi ekonomi dalam
sejarah penjajahan Indonesia.Sejak VOC dibubarkan tahun 1799, daerah-daerah
yang menjadi kekuasaannya diambil alih oleh pemerintah kerajaan Belanda.
Kebijakan 'Culture Stelsel' dilaksanakan untuk mengeruk kekayaan bumi Indonesia
tanpa mau memperhatikan rakyat Indonesia dibawah pimpinan Van Den Bosch. Secara
teoritis, peraturan yang ditetapkan dalam sistem tanam paksa tidak memberatkan.
Akan tetapi dalam prakteknya, banyak sekali penyimpangan yang dilakukan dalam
sistem ini.
Penyimpangan pelaksanaan sistem tanam paksa
sebagai berikut:
·
Dalam perjanjian, tanah yang digunakan untuk
'cultur stelsel' adalah seperlima sawah, namun dalam prakteknya dijumpai lebih
dari seperlima tanah, yaitu sepertiga dan bahkan setengah dari sawah milik
pribumi.
·
Tanah petani yang dipilih hanya tanah yang
subur, sedangkan rakyat hanya mendapat tanah yang tidak subur.
·
Tanah yang digunakan untuk penanaman tetap
saja dikenakan pajak sehngga tidak sesuai dengan perjanjian.
·
Kelebihan hasil tidak dikembalikan kepada
rakyat atau pemilik tanah, tetapi dipaksa untuk dijual kepada pihak Belanda
dengan harga yang sangat murah.
·
Waktu untuk bekerja untuk tanaman yang
dikehendaki pemerintah Belanda, jauh melebihi waktu yang telah ditentukan.
Waktu yang ditentukan adalah 65 hari dalam setahun, namun dalam pelaksanaannya
adalah 200 sampai 225 hari dalam setahun.
·
Penduduk yang tidak memiliki tanah
dipekerjakan di perkebunan Belanda, dengan waktu 3-6 bulan bahkan lebih.
·
Tanaman pemerintah harus didahulukan baru
kemudian menanam tanaman mereka sendiri. Kadang-kadang waktu untuk menanam,
tanamannya sendiri itu tinggal sedikit sehingga hasilnya kurang maksimal.
·
Kerusakan tanaman tetap ditanggung petani.
4. Sistem
Ekonomi Kapitalis Liberal
Pengertian
Sistem Ekonomi Kapitalis Liberal
Sistem ekonomi
kapitalis liberal adalah sitem ekonomi yang aset-aset produktif dan
faktor-faktor produksinya sebagian besar dimiliki oleh sektor individu/swasta.
Sementara tujuan utama kegiatan produksi adalah menjual untuk memperoleh laba.
Sistem perekonomian/tata ekonomi kapitalis
liberal merupakan sistem perekonomian yang memberikan kebebasan kepada setiap
orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi barang,
menjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya.
Dalam perekonomian kapitalis liberal setiap
warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Semua orang
bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar- besarnya dan bebas
melakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas.
Ciri-ciri Sistem Ekonomi Kapitalis Liberal:
ü Masyarakat
diberi kebebasan dalam memiliki sumber-sumber produksi.
ü Pemerintah
tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan ekonomi dan hanya
terbatas pada pembuatan peraturan dan kebijakan ekonomi.
ü Masyarakat
terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan pemilik sumber daya produksi dan
masyarakat pekerja (buruh).
ü Timbul
persaingan dalam masyarakat, terutama dalam mencari keuntungan.
ü Kegiatan
selalu mempertimbangkan keadaan pasar.
ü Pasar
merupakan dasar setiap tindakan ekonom.
ü Biasanya
barang-barang produksi yang dihasilkan bermutu tinggi.
ü Kegiatan
yang dilaksanakan bersifat profit oriented.
Keuntungan dan Kelemahan Sistem Ekonomi
Kapitalis Liberal
Keuntungan :
·
Menumbuhkan inisiatif dan kerasi masyarakat
dalam kegiatan ekonomi, karena masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah
dari pemerintah.
·
Setiap individu bebas memiliki untuk
sumber-sumber daya produksi, yang nantinya akan mendorong partisipasi
masyarakat dalam perekonomian.
·
Timbul persaingan semangat untuk maju dari
masyarakat.
·
Mengahsilkan barang-barang bermutu tinggi,
karena adanya persaingan semangat antar masyarakat.
·
Efisiensi dan efektifitas tinggi, karena
setiap tindakan ekonomi didasarkan motif mencari keuntungan.
Kelemahan :
·
Terjadinya persaingan bebas yang tidak sehat.
·
Masyarakat yang kaya semakin kaya, yang
miskin semakin miskin.
·
Banyak terjadinya monopoli masyarakat.
·
Banyak terjadinya gejolak dalam perekonomian
karena kesalahan alokasi sumber daya oleh individu.
·
Pemerataan pendapatan sulit dilakukan, karena
persaingan bebas tersebut.
Institusi-institusi dalam Ekonomi Kapitalis
Liberal
Hak kepemilikan
Keuntungan
Konsumerisme
Kompetisi.
Harga.
Karakteristik dalam Sistem Ekonomi Kapitalis
Liberal
ü Faktor-faktor
produksi (tanah, modal, tenaga kerja, kewirausahaan) dimiliki atau dikuasai
oleh pihak swata.
ü Pengambilan
keputusan ekonomi bersifat Desentralisai, diserahkan kepada pemilik faktor
produksi dan akan dikoordinir oleh mekanisme pasar yan berlaku.
ü Rangsangan
insentif atau umpan balik diberikan dalam bentuk utama materi dalam sebagai
sarana memotivasi para pelaku ekonomi.
5. Era
Pendudukan Jepang
Masa pendudukan
Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada tanggal 17
Agustus 1945 seiring denganProklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan
M. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Pada Mei 1940,
awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Jerman Nazi. Hindia Belanda
mengumumkan keadaan siaga dan pada Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke
Amerika Serikat dan Inggris. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk
mengamankan persediaan bahan bakar pesawat gagal pada Juni 1941, dan Jepang
memulai penaklukan Asia Tenggara di bulan Desember tahun itu. Pada bulan yang
sama, faksi dari Sumatra menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi
terhadap pemerintahan Belanda.
Pasukan Belanda
yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942. Pengalaman dari penguasaan
Jepang di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan
status sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting
dalam peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan
sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan
campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
Dampak Positif Pendudukan Jepang
-
Diperbolehkannya bahasa Indonesia untuk
menjadi bahasa komunikasi nasional dan menyebabkan bahasa Indonesia mengukuhkan
diri sebagai bahasa nasional.
-
Jepang mendukung semangat anti-Belanda,
sehingga mau tak mau ikut mendukung semangat nasionalisme Indonesia. Antara
lain menolak pengaruh-pengaruh Belanda, misalnya perubahan nama Batavia menjadi
Jakarta.
-
Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia,
Jepang mendekati pemimpin nasional Indonesia seperti Sukarno dengan harapan
agar Sukarno mau membantu Jepang memobilisasi rakyat Indonesia. Pengakuan
Jepang ini mengukuhkan posisi para pemimpin nasional Indonesia dan memberikan
mereka kesempatan memimpin rakyatnya.
-
Dalam bidang ekonomi
didirikannya kumyai yaitu koperasi yang bertujuan untuk kepentingan
bersama.
-
Mendirikan sekolah-sekolah seperti SD 6
tahun, SMP 9 tahun, dan SLTA.
-
Pembentukan strata masyarakat hingga tingkat
paling bawah yaitu rukun tetangga (RT) atauTonarigumi.
-
Diperkenalkan suatu sistem baru bagi
pertanian yaitu line system (sistem pengaturan bercocok tanam secara
efisien) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan.
-
Dibentuknya BPUPKI dan PPKI untuk
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Dari sini muncullah ide Pancasila.
-
Jepang dengan terprogram melatih dan
mempersenjatai pemuda-pemuda Indonesia demi kepentingan Jepang pada awalnya.
Namun oleh pemuda hal ini dijadikan modal untuk berperang yang dikemudian hari
digunakan untuk menghadapi kembalinya pemerintah kolonial Belanda.
-
Dalam pendidikan dikenalkannya
sistem Nippon-sentris dan diperkenalkannya kegiatan upacara dalam
sekolah.
Dampak Negatif Pendudukan Jepang
-
Penghapusan semua organisasi politik dan
pranata sosial warisan Hindia Belanda yang sebenarnya banyak diantaranya yang
bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, dan kesejahteraan
warga.
-
Romusha, mobilisasi rakyat Indonesia
(terutama warga Jawa) untuk kerja paksa dalam kondisi yang tidak manusiawi.
-
Ekploitasi segala sumber daya seperti
sandang, pangan, logam, dan minyak demi kepentingan perang. Akibatnya beras dan
berbagai bahan pangan petani dirampas Jepang sehingga banyak rakyat yang
menderita kelaparan.
-
Krisis ekonomi yang sangat parah. Hal ini
karena dicetaknnya uang pendudukan secara besar-besaran sehingga menyebabkan
terjadinya inflasi.
-
Kebijakan self sufficiency (kawasan
mandiri) yang menyebabkan terputusnya hubungan ekonomi antar daerah.
-
Kebijakan fasis pemerintah militer Jepang
yang menyebar polisi khusus dan intelijen di kalangan rakyat sehingga
menimbulkan ketakutan. Pemerintah Jepang bebas melanggar hak asasi manusia
dengan menginterogasi, menangkap, bahkan menghukum mati siapa saja yang
dicurigai atau dituduh sebagai mata-mata atau anti-Jepang tanpa proses
pengadilan.
-
Pembatasan pers sehingga tidak ada pers yang
independen, semuanya di bawah pengawasan Jepang.
-
Terjadinya kekacauan situasi dan kondisi
keamanan yang parah seperti maraknya perampokan, pemerkosaan dan lain-lain.
-
Pelarangan terhadap buku-buku berbahasa
Belanda dan Inggris yang menyebabkan pendidikan yang lebih tinggi terasa
mustahil.
-
Banyak guru yang dipekerjakan sebagai pejabat
pada masa itu sehingga menyebabkan kemunduran standar pendidikan secara tajam.
6. Cita-Cita
Ekonomi Merdeka
Perekonomian
global sedang anjlok. Namun, pada saat bersamaan, perekonomian Indonesia justru
tumbuh. Memasuki tahun 2013, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi 6,5
persen. Lalu, juga pada tahun 2013 mendatang, PDB Indonesia diperkirakan 1
Triliun USD. Gara-gara angka-angka tersebut, banyak orang terkesima dengan
performa ekonomi Indonesia. Banyak yang mengira, dengan pertumbuhan ekonomi
sepesat itu, bangsa Indonesia sudah sejahtera. Lembaga rentenir Internasional,
IMF (Dana Moneter Internasional), turut terkesima dan memuja-muja pertumbuhan
itu. Namun, fakta lain juga sangat mencengankan. Indeks Gini, yang
mengukur tingkat kesenjangan ekonomi, meningkat pesat dalam beberapa tahun
terakhir. Data Biro Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, tingkat kesenjangan
ekonomi pada 2011 menjadi 0,41. Padahal, pada tahun 2005, gini rasio Indonesia
masih 0,33. Data lain juga menunjukkan, kekayaan 40 orang terkaya Indonesia
mencapai Rp680 Triliun (71,3 miliar USD) atau setara dengan 10,33% PDB. Konon,
nilai kekayaan dari 40 ribu orang itu setara dengan kekayaan 60% penduduk atau
140 juta orang. Data lain menyebutkan, 50 persen kekayaan ekonomi Indonesia
hanya dikuasai oleh 50 orang.
Ringkas cerita,
pertumbuhan ekonomi yang spektakuler itu tidak mencerminkan kesejahteraan
rakyat. Yang terjadi, sebagian besar aset dan pendapat ekonomi hanya dinikmati
segelintir orang. Sementara mayoritas rakyat tidak punya aset dan akses
terhadap sumber daya ekonomi. Akhirnya, terjadilah fenomena: 1% warga negara
makin makmur, sementara 99% warga negara hidup pas-pasan. Akhirnya, kita patut
bertanya, apakah pembangunan ekonomi semacam itu yang menjadi cita-cita kita
berbangsa? Silahkan memeriksa cita-cita perekonomian kita ketika para pendiri
bangsa sedang merancang berdirinya negara Republik Indonesia ini.
Bung Hatta pernah berkata, “dalam suatu
Indonesia Merdeka yang dituju, yang alamnya kaya dan tanahnya subur, semestinya
tidak ada kemiskinan. Bagi Bung Hatta, Indonesia Merdeka tak ada gunanya jika
mayoritas rakyatnya tetap hidup melarat. “Kemerdekaan nasional tidak ada
artinya, apabila pemerintahannya hanya duduk sebagai biduanda dari kapital
asing,” kata Bung Hatta. (Pidato Bung Hatta di New York, AS, tahun 1960).
Karena itu, para pendiri bangsa, termasuk Bung Karno dan Bung Hatta, kemudian
merumuskan apa yang disebut “Cita-Cita Perekonomian”. Ada dua garis besar
cita-cita perekonomian kita. Pertama, melikuidasi sisa-sisa ekonomi kolonial
dan feodalistik. Kedua, memperjuangkan terwujudnya masyarakat adil dan makmur.
Artinya, dengan penjelasan di atas, berarti cita-cita perekonomian kita tidak
menghendaki ketimpangan. Para pendiri bangsa kita tidak menginginkan penumpukan
kemakmuran di tangan segelintir orang tetapi pemelaratan mayoritas rakyat.
Tegasnya, cita-cita perekonomian kita menghendaki kemakmuran seluruh rakyat.
Supaya cita-cita
perekonomian itu tetap menjiwai proses penyelenggaran negara, maka para pendiri
bangsa sepakat memahatkannya dalam buku Konstitusi Negara kita: Pasal 33 UUD
1945. Dengan demikian, Pasal 33 UUD 1945 merupakan sendi utama bagi pelaksanaan
politik perekonomian dan politik sosial Republik Indonesia. Namun, sejak orde
baru hingga sekarang ini (dengan pengecualian di era Gus Dur), proses
penyelenggaran negara sangat jauh politik perekonomian ala pasal 33 UUD 1945.
Pada masa orde baru, sistem perekonomian kebanyakan didikte oleh kapital asing
melalui kelompok ekonom yang dijuluki “Mafia Barkeley”. Lalu, pada masa pasca
reformasi ini, sistem perekonomian kebanyakan didikte secara langsung oleh
lembaga-lembaga asing, seperti IMF, Bank Dunia, dan WTO.
Akibatnya,
cita-cita perekonomian sesuai amanat Proklamasi Kemerdekaan pun kandas.
Bukannya melikuidasi sisa-sisa ekonomi kolonial, tetapi malah mengekal-kannya,
yang ditandai oleh menguatnya dominasi kapital asing, politik upah murah,
ketergantungan pada impor, dan kecanduan mengekspor bahan mentah ke
negeri-negeri kapitalis maju. Ketimpangan ekonomi kian menganga. Kemiskinan dan
pengangguran terus melonjak naik. Mayoritas rakyat (75%) bekerja di sektor
informal, tanpa perlindungan hukum dan jaminan sosial. Sementara puluhan juta
lainnya menjadi “kuli” di negara-negara lain.
7. Ekonomi Indonesia setiap periode
pemerintahan , ordelama, orde baru, reformasi
1. Masa Orde Lama
a)
Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)
Keadaan ekonomi
keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk karena inflasi yang disebabkan
oleh beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali. Pada Oktober
1946 pemerintah RI mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai
pengganti uang Jepang. Namun adanya blokade ekonomi oleh Belanda dengan menutup
pintu perdagangan luar negeri mengakibatkan kekosongan kas negara.
Dalam menghadapi krisis ekonomi-keuangan,
pemerintah menempuh berbagai kegiatan, diantaranya :
1)
Pinjaman Nasional, menteri keuangan Ir.
Soerachman dengan persetujuan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat
(BPKNIP) mengadakan pinjaman nasional yang akan dikembalikan dalam jangka waktu
40 tahun.
2)
Hubungan dengan Amerika, Banking and Trade
Coorporation (BTC) berhasil mendatangkan Kapal Martin Behrman di pelabuhan
Ciberon yang mengangkut kebutuhan rakyat, namun semua muatan dirampas oleh
angkatan laut Belanda.
3)
Konferensi Ekonomi, Konferensi yang membahas
mengenai peningkatan hasil produksi pangan, distribusi bahan makanan, sandang,
serta status dan administrasi perkebunan asing.
4)
Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan),
memberikan anjuran memperbanyak kebun bibit dan padi ungul, mencegah
penyembelihan hewan-hewan yang membantu dalam pertanian, menanami tanah
terlantar di Sumatra, dan mengadakan transmigrasi.
5)
Keikutsertaan Swasta dalam Pengembangan
Ekonomi Nasional, mengaktifkan dan mengajak partisipasi swasta dalam upaya
menegakkan ekonomi pada awal kemerdekaan.
6)
Nasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank
Negara Indonesia,
7)
Sistem Ekonomi Gerakan Benteng (Benteng
Group)
8)
Sistem Ekonomi Ali-Baba
b)
Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)
Perekonomian
diserahkan sepenuhnya pada pasar, padahal pengusaha pribumi masih belum mampu
bersaing dengan pengusaha non-pribumi. Pada akhirnya hanya memperburuk kondisi
perekonomian Indonesia.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasinya
antara lain:
·
Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai
uang untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun
·
Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu
menumbuhkan wiraswasta pribumi agar bisa berpartisipasi dalam perkembangan
ekonomi nasional
·
Pembatalan sepihak atas hasil-hasil KMB,
termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
c)
Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)
Sebagai akibat
Dekrit Presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia menjalankan sistem demokrasi
terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia menjurus pada sistem etatisme
(segalanya diatur pemerintah). Namun lagi-lagi sistem ini belum mampu
memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia. Akibatnya adalah :
·
Devaluasi menurunkan nilai uang dan semua
simpanan di bank diatas 25.000 dibekukan
·
Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk
mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin
·
Kegagalan dalam berbagai tindakan moneter
2. Masa Orde Baru
Pada awal orde
baru, stabilitas ekonomi dan politik menjadi prioritas utama. Program
pemerintah berorintasi pada pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara
dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Setelah melihat pengalaman masa lalu,
dimana dalam sistem ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing
dengan pengusaha nonpribumi dan sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka
dipilihlah sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi
pancasila. Ini merupakan praktek dari salah satu teori Keynes tentang campur
tangan pemerintah dalam perekonomian secara terbatas.
Kebijakan
ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur
pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan,
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda,
penyebaran pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan
pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik lima tahunan
yang disebut Pelita.
Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka kemiskinan, perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan dan penurunan angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat. Pemerintah juga berhasil menggalakkan preventive checks untuk menekan jumlah kelahiran lewat KB.
Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka kemiskinan, perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan dan penurunan angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat. Pemerintah juga berhasil menggalakkan preventive checks untuk menekan jumlah kelahiran lewat KB.
Namun dampak
negatifnya adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber
daya alam, perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan dan antar
kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam, serta penumpukan utang luar
negeri. Disamping itu, pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang
sarat korupsi, kolusi dan nepotisme. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan
ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang adil.
Sehingga
meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi secara fundamental
pembangunan nasional sangat rapuh. Akibatnya, ketika terjadi krisis yang
merupakan imbas dari ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang paling
buruk. Harga-harga meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan
cepat, dan menimbulkan berbagai kekacauan di segala bidang, terutama
ekonomi.
3. Masa Orde Reformasi
Orde reformasi
dimulai saat kepemimpinan presiden BJ.Habibie, namun belum terjadi peningkatan
ekonomi yang cukup signifikan dikarenakan masih adanya persoalan-persoalan
fundamental yang ditinggalkan pada masa orde baru. Kebijakan yang menjadi
perhatian adalah cara mengendalikan stabilitas politik. Sampai pada masa
kepemimipinan presiden Abdurrahman Wahit, Megawati Soekarnoputri, hingga
sekarang masa kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun
masalah-masalah yang diwariskan dari masa orde baru masih belum dapat
diselesaikan secara sepenuhnya. Bisa dilihat dengan masih adanya KKN, inflasi,
pemulihan ekonomi, kinerja BUMN, dan melemahnya nilai tukar rupiah yang menjadi
masalah polemik bagi perekonomian Indonesia.
Masa Kepemimpinan Megawati Soekarnoputri
Masalah yang mendesak untuk dipecahkan
adalalah pemulihan ekonomi dan penegakan hukum. Kebijakan yang dilakukan untuk
mengatasi persoalan ekonomi antara lain :
a.
Meminta penundaan utang sebesar US$ 5,8
Milyar pada pertemuan paris Club ke-3 dan mengalokasikan pemabayaran utang luar
negri sebesar 116,3 Trilliun.
b.
Kebijakan privatisasi BUMN.
Privatisasi yaitu menjual perusahaan negara di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Penjaualan tersebut berhasil menaikan partumbuhan ekonomi Indonesia menajadi 4,1%. Namun kebijakan ini menibulkan kontroversi yaitu BUMN yang di privatisasikan dijual pada perusahaan asing.
Privatisasi yaitu menjual perusahaan negara di dalam periode krisis dengan tujuan melindungi perusahaan negara dari intervensi kekuatan-kekuatan politik dan mengurangi beban negara. Penjaualan tersebut berhasil menaikan partumbuhan ekonomi Indonesia menajadi 4,1%. Namun kebijakan ini menibulkan kontroversi yaitu BUMN yang di privatisasikan dijual pada perusahaan asing.
Masa kepemimpinan Bapak Susilo Bambang
Yudhoyono
Kebijakan
kontroversial pertama Presiden Yudhoyono adalah mengurangi subsidi BBM, yang dilatarbelakangi
oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran subsidi BBM dialihkan ke subsidi
sektor pendidikan dan kesehatan, serta bidang-bidang yang mendukung peningkatan
kesejahteraan masyrakat. Kemudian muncul pula kebijakan kontroversial yang
kedua yakni BLT bantuan langsung tunai bagi masyarakat miskin. Namun kebanyakan
BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan pembagaiannya juga banyak
menimbulkan masalah sosial. Kebijkan yang ditempuh untuk meningkatkan
pendapatan perkapita adalah mengandalkan pembangunan infrastruktur summit pada
bulan 2006 lalu, yang mempertemukan para investor dengan kepala-kepala daerah.
Dengan semakin banyak investasi asing di Indonesia, diharapakan jumlah
kesempatan kerja juga akan bertambah. Pada pertengahan bulan oktober 2006 Indonesia
melunasi seluruh sisa hutang pada IMF sebesar 3,2 Miliar dolar AS. Harapan
kedepannya adalah Indonesia tidak lagi mengikuti agenda-agenda IMF dalam
menentukan kebijakan dalam negeri.
Sistem Perekonomian Indonesia Saat Ini :
Sebagian orang
berpendapat bahawa sistem yang digunakan sekarang lebih condong ke barat atau
disebut sistem ekonomi liberal/kapitalis, sistem yang membebaskan segala macam
bentuk kegiatan ekonomi. Pemerintah tak ada urusan dengan ekonomi yang
dilakukan oleh rakyat. Mereka semua mendapat hak yang sama untuk berkreatifitas
tak ada larangan. Intinya adalah sistem ini semua bebas melakukan apa saja
sehingga tak mengherankan kaum pemodal atau kapital menjadi kaum yang super
power pada sistem ekonomi sehingga membuat yang miskin semakin miskin,
eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam, kesenjangan sosial, itulah
yang terjadi pada perekonomian Indonesia. Sistem ekonomi liberal atau kapitalis
yang tidak lama lagi akan menuju neo-liberal. Indikasi sistem perekonomian
Indonesia diarahkan untuk mengikuti mekanisme pasar disamping dominasi kekuatan
korporasi swasta yang semakin menguat. Sistem neo-liberal ini semakin subur
manakala bola salju globalisasi semakin memasuki berbagai sendi-sendi
kehidupan. Semula globalisasi masih terkait dengan bidang informasi dan
komunikasi, namun bola salju globalisasi semakin membesar dan menggulung bidang
lainnya termasuk sektor ekonomi,politik. Contohnya saja Harga BBM sudah didesak
agar secara bertahap mengikuti harga internasional. Di Indonesia sendiri dapat
dihitung para konglomerat yang menguasai perekonomian, itu hanya ada segelintir
orang saja. Kondisi ini terjadi sebagai konsekuesi kita menganut sistem
kapitalis. Sebenarnya sistem inilah yang dijalan kan di Indonesia walaupun
pemerintah tidak mengakuinya secara terbuka.
Masuknya Sistem tersebut
dapat kita lihat dari beberapa Indikator yaitu :
a.
Dihapusnya berbagai subsidi untuk masyarakat
secara bertahap, sehingga harga barang barang strategis ditentukan sepenuhnya
oleh mekanisme pasar.
b.
Nilai Kurs rupiah tidak boleh dipatok dengan
kurs tetap, sehingga besar kecilnya kurs rupiah akan ditentukan oleh mekanisme pasar.
c.
Perusahaan BUMN mulai beralih ke pihak
swasta, sehingga peran pemerintah semakin berkurang.
d.
Keikutsertaan bangsa Indonesai dalam kancah
WTO dan perjanjian GATT yang semakin menunjukan komitmen bangsa Indonesia dalam
tata liberalisme dunia.
Dampak positif
yang di timbulkan dari sistem kapitalis ini yaitu dari aspek permodalan, kita
dapat dengan mudah mendapatkan modal dengan cepat dari investor asing sedangkan
dampak negatif dari sistem ini banyak terjadi masalah-masalah seperti
pengangguran, kemiskinan, krisis ekonomi dan hutang luar negeri yang tinggi.
Sumber :
Komentar
Posting Komentar